Dinsos P3AKB Bondowoso Gelar Kegiatan Pelaksanaan Fasilitasi P5, 1000 HPK Dalam Pencegahan Berisiko Stunting Pada Ibu Hamil

Kepala Dinas Sosial P3AKB Bondowoso Anisatul Hamidah saat berikan sambutannya (foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Bondowoso, Ulas.co.id – Dinas Sosial (Dinsos) P3AKB Kabupaten Bondowoso menggelar kegiatan pelaksanaan fasilitasi Pembimbingan, Pengembangan, dan Penguatan Penyiapan Pengasuhan serta pemberian bantuan spesifik kepada ibu hamil berisiko stunting. Rabu (30/10/2024) bertempat di Pendopo RBA Kironggo Bondowoso.
Anisah Hamidah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) P3AKB Kabupaten Bondowoso mengucapkan selamat datang kepada Kepala BP3K Provinsi Jawa Timur Dr. Tri Wahyu Liswati yang telah berkenan hadir dalam acara ini.
“Memang tidak semuanya ibu hamil di undang ke pendopo ini, karena memang jumlah terbatas tetapi itu setidak tidaknya kegiatan hari ini mendapatkan manfaat yang besar untuk peningkatan kualitas kapasitas sekaligus penyiapan generasi emas berkualitas di Kabupaten Bondowoso,” ujarnya.
Yang jelas, kata Anisatul Hamidah. Apa yang sudah kita lakukan di Kabupaten Bondowoso baik dari pemerintah Kabupaten maupun dari PKK untuk intervensi bagi ibu-ibu hamil di Kabupaten Bondowoso sudah sangat banyak sekali.
Ia juga melaporkan, kalau pihaknya kerjasama dengan tim penggerak PKK, ibu-ibu PKK itu tidak pernah tanya honor enggak pernah tanya honornya berapa transfernya berapa plusnya untuk tim penggerak PKK Kabupaten Bondowoso.
Anis juga sangat mengapresiasi yang tinggi-tingginya kepada ibu Kepala BP3K Jawa Timur yang sudah berkenan menempatkan kegiatannya di Kabupaten Bondowoso.
“Menurut beliau tidak semua Kabupaten mendapatkan anugerah, berkat kegiatan ini hanya ada beberapa kabupaten saja termasuk juga Kabupaten Bondowoso,” ungkapnya.
Artinya, lanjut Kadinsos P3AKB. Kita harus siap untuk maju, kita harus siap untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas, kita lihat angka data di Kabupaten Bondowoso, kenapa. Stunting Bondowoso Tahun 2021 2022 itu cukup tinggi menempati rangking tinggi di Jawa Timur.
“Karena memang salah satu pemicunya itu adalah tingginya angka perkawinan anak di Kabupaten Bondowoso, tahun 2019 kita ada di kisaran 1.200-an, tahun 2020 juga demikian turun tetapi tidak signifikan sekitar 800-an Tahun 2022 turun di angka 700-an,” urainya.
Nah, tahun 2023 pada bulan Juli 2023 kita ada FPB bersama dengan pengadilan agama dan OPD terkait, akhirnya muncul lah MOU Bupati dengan pengadilan agama. Salah satu klausulnya adalah untuk pengajuan dispensasi kawin harus ada rekomendasi dari dinsus P3AKB bersama assessmen psikolog dan juga rekomendasi dari dinas kesehatan.
Maka tahun 2023 kemudian kita turun di angka 400-an, kemudian di tahun 2024 pada Januari dan September 2024 laporan dari pengadilan agama kita ada di posisi 170.
“Untuk pengajuan dispensasi kawin mudah-mudahan dengan hadirnya ibu-ibu yang ada di sini tidak semakin menambah angka pengajuan dispensasi kawin di Kabupaten Bondowoso, angka perkawinan anak memicu stunting kenapa memang ibu tidak siap untuk hamil. Waktu itu kita menemukan ada angka yang namanya (PEKA) Perempuan Kepala Keluarga rumah jumlahnya ada 52.000, tahun berdasarkan pendataan keluarga BKKBN ada 52.800,” ungkapnya.

Kepala BP3K Provinsi Jawa Timur Dr. Wahyu Liswati saat berikan pemaparan kepada ibu hamil (foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Sementara itu, Kepala BP3K Provinsi Jawa Timur, Dr. Wahyu Liswati mengatakan bahwa umur kurang dari 21 tahun sudahelahirkan, yang kurang dari 21 tahun karena memang melahirkan adalah pada usia 22 tahun.
“Karena kesehatan reproduksi itu sudah siap benar tapi jangan berkecil hati untuk ibu-ibu yang belum 21 tahun, enggak bisa dihapus nggak bisa ditip eks gitu. Apalagi dibawa kembar jadi ibu-ibu ini adalah 1000 hari pertama kehidupan jadi kita menghitungnya ilmu dari pertama berhenti menstruasi,” katanya.
Jadi itu mulainya dihitung hari pertama kehidupan, alhamdulillah upaya-upaya yang dilakukan oleh Bupati dan Bu Anies yaitu luar biasa tepat dan tepat.
“Kalau kebijakan ndak usah ndak penting untuk kebijakan, pentingnya hanya untuk Bu Anis saja kebijakan itu, terus berikutnya ini adalah irisan buku mudahkan melihat ini irisannya bagaimana boleh itu kan ada aki ada tante ada dispensasi KW dan ada angka kematian ibu Bondowoso,” terangnya.
“Alhamdulillah tidak masuk ke tempatnya tapi masuknya di situ ada berapa di mana yang sudah ditandai kotak merah, ada kematian bayi yang masih tinggi, nah ini Alhamdulillah Bondowoso enggak ada,” ucapnya.
Angka kematian bayi itu disebabkan oleh persiapan seorang ibu untuk melakukan persalinan.
“Jadi secara medis kan ikatan lengan, kepala tinggi badan ini sudah bisa dideteksi oleh dokter. Kalau yang berpotensi pasti GP kenapa kulit itu Bondowoso sampai sudah enggak masuk dispensasi KW itu juga sudah tidak masuk aki juga enggak masuk,” pungkasnya.
Kabupaten Bondowoso angka kematian itu masih pada 10 proses atas AKB-nya, 10 kasus AKB-nya angka kematian bayinya tinggi ada 146 ini enggak bisa ya minum yang ini aja. Nanti biar peduli terhadap kehamilan dan nanti menjaga itu sampai proses kelahiran.
“Tadi di PPA sudah menyampaikan bahwa pantainya Kabupaten Bondowoso ini sudah turun angka 17%,” paparnya.
Jadi itu biar kelihatan yang 10/10 itu adalah kasus angka kematian ibu, agar sepuluh kasus terus berikutnya yang 146 itu adalah angka kematian bayi kita tidak ingin ibu-ibu mengalami hal tersebut.
“Insyaallah semuanya sehat lahir, sehat bayinya dan sehat ibunya,” tuturnya.
Berikutnya angka kematian ibu ini juga bisa ditekan dari 17 menjadi 10 artinya bu dokter beserta tim ini benar-benar menjalankan tugasnya dengan luar biasa mendampingi ibu-ibu dari 1000 HPK.
“Jadi ibu-ibu kita itu nurut orang tua tapi yang logis dan realistis kalau pulang dari sini ibu-ibu mual-mual muntah-muntah jangan nanti dibilang orang tua wes biasa nduk wong hamil niku yo ngono iku yo muntah-muntah yo melulu, tapi ya jangan patuh itu hal yang biasa itu. Artinya tanda-tanda kehamilan ibu-ibu ada masalah berarti ibu-ibu harus ke bu dokter jangan ke Mbah dukun,”
Diketahui, skarang keks grafik angka kematian ibu memang Bondowoso masih peringkat tiga se Provinsi Jawa Timur, artinya tertinggi setelah Jember Banyuwangi Bondowoso. (Yus)