DPKP Bondowoso Lakukan Trobosan Ekspor Kopi Tetap di Lakukan, Ingat Jaga Kualitas
Kadis pertanian dan Pj. Sekda Bondowoso, Asisten, serta Bank BI Jember dan peserta petani kopi Bondowoso saat usai acara talkshow (foto dok: (YUSI Ulas.co.id)
Bondowoso, Ulas.co.id – Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso, Hendri Widotono, melakukan trobosan ekspor kopi sebenarnya tetap dilakukan oleh petani. Namun, pihaknya mengingatkan jaga kualitas. Sabtu (26/10/2024) bertempat di lantai 6 Aula Hotel Grand Padis.
Walaupun melalui pihak ke dua, karena petani Bondowoso meghindari pajak. Namun begitu memang masih ada tantangan di bagian inkonsistensi terhadap kualitas kopi dan produktivitas kopi yang terkadang tak mampu memenuhi permintaan pasar ekspor.
“Bukan tidak di ekspor. Sudah Ekspor, tetapi undercover, beliau di bawah tangan. Petani kita sudah pinter-pinter,” ujarnya.
Karena itulah, kata Hendri, wajib dilakukan untuk ekspor yakni peningkatan kualitas kopi petani. Kendati memang fiskal pertanian Bondowoso sangat sempit, dengan 75 persen anggarannya ditopang dari cukai. Ketika anggaran ini dari cukai maka fokus untuk tembakau dan sedikit untuk pangan.
Selain itu, politik anggaran ini diputuskan atas pemerintah kabupaten dan legislator.
“Sebagai OPD user, itu hanya menerima saja dari kebijakan itu. Belum lagi, eksekutif juga telah mendirikan BUMD Bogem. Namun pada akhirnya terjadi kecelakaan,” urainya.
Namun begitu, ia sendiri telah melakukan terobosan kerjasama dengan pihak lain. Tak bergantung pada APBD. Salah satunya yakni kegiatan saat ini yang bekerjasama dengan Bank Indonesia. Karena itulah pihaknya tetap optimis dengan berbagai upaya kerjasama dengan pihak ketiga.
“Itu bukti keberpihakan kami terhadap kopi BRK,” jelasnya.
Kondisi ini pun kian mengecewakan, karena MoU Pemkab Bondowoso degan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember untuk mengembangkan kopi di Bondowoso telah berakhir, dan belum diperpanjang kembali.
Hal itu disampaikan oleh salah seorang petani kopi yang ikut serta dalam acara talkshow Festival Tembakau dan Kopi Nusantara (FKN) 2024 di Bondowoso.
Melihat kondisi ini petani kopi berharap agar Pemerintah Daerah bisa bersama-sama dalam mengembangkan kopi Bondowoso.
Di sisi lain, dirinya meminta dukungan pemerintah untuk melahirkan produk kopi arabika dan robusta Bondowoso sachetan. Karena, jika hitung-hitungan sendiri pihaknya rugi jika disamakan dengan kopi sachet umumnya.
“Supaya Bondowoso ini punya kopi sachet yang asli Bondowoso,” pungkasnya. (Yus)