Ingin Merubah Budaya Pargoi Yang Sudah Meracuni Masyarakat: Begini Penjelasan Yordan Camat Curahdami

Camat Curahdami Kabupaten Bondowoso saat diwawancarai media usai berikan sambutan (YUSI Ulas.co.id)

Bondowoso, Ulas.co.id – Kepala Kecamatan Curahdami Kabupaten Bondowoso R. Yordan Taufik Islami menjelaskan, Festival Maulid Nabi Besar Muhamad SAW dan ingin merubah budaya pargoi yang sudah meracuni masyarakat.

“Itu kita ubah jaminan, jadi supaya kalau pargoinya dihentikan musik-musik sound system itu hanya ada yang punya panggung nggak nggak punya job. Jadi kita bikin zafinan, nah ini terus berkembang ke kesenian budaya dan kita mau ngangkat UMKM lokal yang ada di masing-masing desa ini momennya yang kita bingkai dengan kegiatan Festival Maulid ini sudah tahun kedua dan ini non APBD kita semua urunan,” jelasnya. Senin malam (30/9/2024) bertempat di lapangan Vektori Curahdami.

Untuk hari ini ada sekitar 24 stan, satu desa ada yang ngambil 2 dan 3 stan. Kemudian ada darma wanita dan dari PPK, memang banyak yang mau bergabung dengan kita kopinya.

“Jadi pada intinya kita disupport oleh semuanya mensupport sama kegiatan ini, nah jadi sorenya ini nanti ada lomba-lomba tartil, pidato. Kemudian Hadrah nasyid malamnya, kesenian budaya, sholawatan dan khitanan massal 50 anak yatim dengan santunannya nanti di penutupan,” ungkapnya.

Ia berharap, harapannya kita punya eee karena ini ketua panitianya memang kita ambilkan dari bando-bando Nahdlatul Ulama yang ada di sini enggak pernah orang Kecamatan Supaya apa itu jadi Legacy.

Tahun depan pihaknya juga mengangkat budaya lokal yang ada di Curahdami dan punya ciri khas tersendiri.

“Jadi kita punya pondok pesantren tertua, ya bisa bilang ketua di tanah Jawa di pondok langger Pocongati itu enggak pernah ada yang melihat, kemudian kita punya gerbang Raja itu namanya Burdah tertua,” ungkapnya.

Maka dari itu, lanjut Yordan. Burdah itu tertua di Bondowoso kita mau gantikan lagi ke generasi mudanya supaya tahu bahwa sejarah ini, mungkin sebelum ada kironggo kita sudah punya pondok pesantren itu.

Untuk UMKM Pihaknya punya kemauan untuk mewajibkan di desa dengan SD, tapi karena sesuatu hal. Ini Komunitas ada 11 dari Desa, 11 kelompok dan 1 kelurahan yang disiapin Parade masyarakat untuk meramaikan UMKM ini.

“Dulu di sini pernah punya group dangdut dan kelompok Zapin yang terkenal, itu kita bangkitkan lagi. Jadi di pojokan itu banyak pemain di super support penambangan itu banyak, cuma kan enggak ada medianya, hari ini kita coba bangkitkan kita kolaborasi dengan kesenian budaya yang lainnya yang ada di Bondowoso. Ya semoga ini jadi alternatif kesenian budaya Islami yang bisa dikembangkan di Bondowoso untuk selanjutnya,” pungkasnya. (Yus)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *