Zulkifli Hasan Tegaskan Ekonomi Pancasila dan Persatuan Jadi Fondasi Ketahanan Pangan Nasional

Mentri Koordinator Bidang Pangan Dr. (H.C) Zulkifli Hasan dan Pengasuh Pondok pesantren Al Islah KH. Toha Ma’shum saat usai kegiatan (foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Bondowoso, Ulas.co.id — Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa arah pembangunan nasional di bidang pangan dan ekonomi harus berpijak pada nilai-nilai dasar Pancasila. Menurutnya, cita-cita Indonesia merdeka hanya bisa terwujud jika ekonomi bangsa berlandaskan pada semangat kerakyatan, gotong royong, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Ekonomi Pancasila adalah ekonomi rakyat. Dari desa, dari koperasi, dari kelurahan. Di sanalah kekuatan sejati bangsa ini. Ekonomi yang memberi makan anak-anak kita, ibu hamil, dan balita. Karena ketika rakyat sejahtera, negara akan kuat,” ujar Zulkifli dalam keterangannya, Rabu (5/11/2025).
Baca juga: https://ulas.co.id/damkar-bondowoso-evakuasi-monyet-peliharaan-yang-meresahkan-warga-dilepas-ke-alam-liar/
Menko Pangan menambahkan, pemerintah saat ini terus memperkuat program perlindungan sosial yang telah menyentuh lebih dari 82,9 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Program tersebut mencakup bantuan pangan, gizi ibu dan anak, serta peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku usaha kecil di sektor pangan.
Baca juga: https://ulas.co.id/polres-bondowoso-gerak-cepat-tanggapi-keluhan-warga-sidak-spbu-untuk-pastikan-kualitas-bbm/
Selain aspek ekonomi, Zulkifli juga menekankan pentingnya pemerataan pendidikan dan pembangunan manusia. Menurutnya, pendidikan adalah fondasi kemandirian bangsa.
“Sekolah rakyat dan sekolah unggulan harus kita bangun bersama. Anak desa dan anak kota harus punya kesempatan yang sama untuk maju,” ucapnya.
Lebih jauh, Zulkifli Hasan menegaskan bahwa kedaulatan pangan tidak hanya soal produksi, tetapi juga tentang kemandirian dan kebersamaan nasional. Ia menegaskan bahwa Indonesia sedang bergerak menuju swasembada pangan tahun 2027, dengan melibatkan semua lapisan masyarakat, pemerintah daerah, dan sektor swasta.
“Kita tidak boleh lagi bergantung. Kita harus mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Kalau pangannya kuat, tangannya kuat, maka negaranya juga kuat,” tegas Ketua Umum PAN itu.
Baca juga: https://ulas.co.id/pemkab-bondowoso-dan-kominfo-ri-sinergikan-penguatan-sdm-digital-lewat-program-digital-talent-scholarship-2026/
Di akhir pernyataannya, Zulkifli mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperkuat persatuan dan kebersamaan pasca kontestasi politik. Ia menegaskan bahwa perbedaan pilihan tidak boleh memecah bangsa.
“Kalau pemilu, silakan bersaing. Tapi setelah itu, mari kita bersatu. Umat Islam bersatu dengan umat agama lain, seluruh rakyat Indonesia bersatu. Karena hanya dengan persatuan, Indonesia akan kuat dan maju. Insya Allah Indonesia cerah seperti sinar matahari,” terangnya.
Baca juga: https://ulas.co.id/tindak-lanjuti-se-bupati-nomor-270-tahun-2025-satpol-pp-bondowoso-intensifkan-patroli-satgas-sampah/
Percepatan swasembada pangan nasional pada 2027.
Penguatan ekonomi kerakyatan dan koperasi desa.
Pemberdayaan petani, ibu-ibu, dan keluarga penerima manfaat.
Pembangunan pendidikan dan gizi anak bangsa.
Pengokohan persatuan nasional sebagai kunci keberlanjutan pembangunan.
Kegiatan Muntaq Ulama ini menjadi wadah silaturahmi dan konsolidasi bagi para kiai, ulama, dan pesantren di seluruh Indonesia untuk memperkuat sinergi dengan pemerintah, sekaligus mempertegas peran pesantren sebagai pilar keumatan dan kebangsaan.
“Insya Allah, kalau kita bersatu dan bekerja dengan ikhlas, Indonesia akan cerah seperti sinar matahari,” tutupnya.
Baca juga: https://ulas.co.id/gubernur-khofifah-kunjungi-sma-negeri-1-tenggarang-dan-pasar-murah-di-kecamatan-tenggarang-bondowoso/
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah, KH. Toha Ma’shum, menegaskan pentingnya peran pesantren dan para ulama dalam menjaga persatuan umat sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi bangsa. Hal itu disampaikan dalam kegiatan Muntaq Ulama yang dihadiri oleh sekitar 1.500 kiai, tokoh agama, dan cendekiawan Muslim dari berbagai daerah.
Dalam arahannya, KH. Toha Ma’shum menyampaikan bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga pusat pemberdayaan umat di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
“Pondok pesantren hari ini tidak cukup hanya bicara soal fikih dan tafsir. Pesantren juga harus bicara tentang pangan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Karena pesantren adalah bagian dari kekuatan bangsa,” ujar KH. Toha.
Baca juga: https://ulas.co.id/camat-tenggarang-dan-komisi-i-dprd-bondowoso-tegaskan-sinergi-pengawasan-pemerintahan-desa/
Beliau menegaskan, bahwa persatuan para kiai dan pesantren adalah kunci kokohnya bangsa. Dengan bersatunya para ulama, kata KH. Toha, akan tumbuh kerja sama yang nyata dalam membantu pemerintah memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau para kiai bersatu, pesantren bersatu, dan tokoh agama bersatu, insya Allah bangsa ini kuat. Kita bisa bantu pemerintah bukan hanya di bidang agama, tapi juga dalam urusan pangan dan ekonomi rakyat,” tegasnya.
KH. Toha juga mengapresiasi inisiatif sejumlah pesantren yang telah mengembangkan unit usaha produktif di bidang pertanian, peternakan kambing, ayam, hingga budidaya ikan lele.
Baca juga: https://ulas.co.id/hilirisasi-tebu-dorong-ketahanan-pangan-dan-ekonomi-petani/
Baca juga: https://ulas.co.id/inspektorat-dprd-camat-bersinergi-perkuat-pengawasan-pemerintahan-daerah-dan-desa-di-bondowoso/
Upaya tersebut disebutnya sebagai wujud nyata kemandirian pesantren dalam membangun ekonomi berbasis umat.
“Di belakang pondok kita sudah ada peternakan, ada lahan, ada lele, kambing, dan ayam. Artinya pesantren tidak hanya menjadi pusat ilmu, tapi juga pusat produksi dan ketahanan pangan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, KH. Toha Ma’shum juga mengingatkan pentingnya menjaga ukhuwah dan persaudaraan antarumat beragama. Menurutnya, perbedaan pandangan politik atau sosial tidak boleh memecah persaudaraan di antara anak bangsa.
“Kalau pemilu sudah selesai, jangan ribut lagi. Mari bersatu membangun negeri. Umat Islam bersatu dengan agama lain, saling menghormati, saling bekerja sama. Dengan persatuan itu, Indonesia akan kuat dan maju,” pesannya.
Baca juga: https://ulas.co.id/kades-gubrih-abdul-barry-dukung-penuh-evaluasi-inspektorat-demi-tata-kelola-keuangan-desa-yang-akuntabel/
Kegiantan tersebut dihadiri oleh Bupati Bondowoso, Sekda, Ketua DPRD, serta 1.500 kiai dan tokoh pesantren dari berbagai daerah.
Menekankan peran pesantren dalam ketahanan pangan dan ekonomi rakyat.
Pesantren diharapkan menjadi pusat pemberdayaan sosial dan kebudayaan.
KH. Toha Ma’shum menyerukan persatuan umat dan kerja sama lintas agama untuk kemajuan bangsa.
Baca juga: https://ulas.co.id/capaian-pbb-kecamatan-curahdami-tembus-80-persen-sembilan-desa-sudah-lunas/
Pesantren Al-Ishlah menunjukkan kemandirian ekonomi lewat pertanian, peternakan, dan usaha santri. (Yus)

