Dukung Program Ketahanan Pangan Mantan Wabup Bondowoso Temukan Pupuk NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium) Buatan Lokal dan di Beri Nama Petani Sejahtera (PS)

A. Haris Sounhaji saat panen jagung di lahannya (foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Bondowoso, Ulas.co.id – Dukung program ketahanan pangan pemerintah A.Haris Sonhaji mantan Wakil Bupati Bondowoso periode 2008-2013 yang dirinya salah satu Petani di Kabupaten Bondowoso berhasil menemukan pupuk NPK (Nitrogen-Fosfor-Kalium) yang diberi nama Petani Sejahtera (PS) buatan lokal.
Varietas jagung unggul yang awalnya dikembangkan oleh seorang petani bernama Surono Danu 40 tahun lalu dan diharapkan mampu menghasilkan 20 ton per hektar saat panen ini baru terwujud bahkan melampaui target.
Hasil uji lapang di demplot miliknya dibuktikan dengan melakukan panen jagung bibit MSP yang menggunakan pupuk temuannya. Senin (2/6/2025).
Menurutnya, dengan mengunakan bibit jagung MSP (Mari Sejahterakan Petani) adalah sebuah program atau gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dengan inovasi yang dilakukan oleh A.Haris Sonhaji dari berbagai penelitian yang dilakukan diharapkan nantinya akan menjadi tonggak sejarah baru di tengah Indonesia yang masih import pupuk.
A. Haris Sounhaji yang juga pernah menjabat sebagai Wabup Bondowoso periode 2008-2013 ini berhasil mengawinkan pupuk temuanya dengan benih MSP ini menghasilkan panen yang melimpah hingga mencapai 26,6 ton per hektar.
Dikatakan bahwa pupuk temuannya ini menggunakan metode modifikasi dan aktifasi Porous Material menjadi Nano Carrier for Fertilizer dalam skala besar.

A. Haris Sounhaji mantan Wabup Bondowoso periode 2008-2013 didampingi Dinas pertanian, Babinkamtibmas dan Direktur pusat pelatihan pertanian, perdesaan swadaya ngudi makmur dan ketua bidang kedaulatan pangan DPP MSP saat panen raya jagung miliknya ((foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Al-hasil jagung yang dipanen memiliki produktivitas yang lebih besar hingga mencapai 26,6 ton per hektar atau 22 ton jagung pipil kering. Padahal rata – rata hasil panen jagung di Bondowoso hanya 8 ton per hektar.
“Ini, Jika dikalkulasi dengan harga jagung saat ini, yaitu Rp 5.500 per kilogram. Maka, dengan penggunaan pupuk tersebut, hasil kotor panen jagung petani per hektar yakni bisa Rp 110 juta. Sementara biaya produksinya maksimal yaitu Rp 20 juta per hektar,” ungkapnya.
Jadi, lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Bondowoso, itu bisa dihitung berapa keuntungan petani setiap 4 bulannya, karena pupuk ini bisa meningkatkan produktivitas.
“Ya karena bisa mengikat netrogen di Urea agar tidak cepat menguap, dan membuat pupuk slow release. Selain itu, bisa meminimalkan efek dari pupuk sintetis, serta mampu memaksimalkan penyerapan pupuk,” paparnya.
Haris juga mengatakan bahwa, pupuk temuanya ini original dari sisi kadar NP dan K. Dan juga banyak sekali unsur-unsur mikro.
Menurut Haris, yang menginisiasi lahirnya pupuk NPK temuannya, berawal dari semangat mendukung ketahanan pangan yang digaungkan oleh Presiden RI, Prabowo Subianto.
Dikatakan, Indonesia justru setiap tahun import pupuk. Karena, di Indonesia belum ada yang mampu membuat pupuk dengan kadar NPK yang bagus tapi harganya terjangkau. Bahkan, bahan-bahannya diimport.
Ia menambahkan, pertanian akan mampu mensejahterahkan petani jika hasil produktivitasnya tinggi. Dan untuk mencapai itu ada enam poin yang harus dipenuhi.
Yakni, pengolahan lahan penggunaan benih yang unggul, pupuk berkualitas, pengendalian hama yang baik, perawatan tanaman, dan terakhir faktor alam.
Dijelaskan, bahwa pupuk tersebut akan dibuat dalam skala besar agar bisa diakses oleh petani. Harga pupuk NPK dengan metode temuannya ini, dipastikan lebih murah hingga 50 persen dari harga di pasaran mengingat bahan baku yang digunakan berasal dari lahan yang ia miliki seluas 50 hektar.
“Nanti ya tergantung Pak Presiden,” ujarnya.
Dalam uji lapangan penggunaan pupuk yang dilakukannya ini, Haris menggunakan dua karakter bibit jagung.
Hasilnya, jagung bibit MSP berhasil menghasilkan jagung yang lebih besar dan panjang. Sehingga, produktivitasnya meningkat luar biasa.
Sementara itu Andi Yuwono, Direktur Pusat Pelatihan Pertanian, Perdesaan Swadaya Ngudi Makmur mengatakan, hasil ini cukup menggembirakan. Ini menjadi harapan bagi petani untuk menjadi petani yang sejahtera. Pasalnya cost biaya bisa ditekan, dan produktivitasnya tinggi.
“Kualitas pasca panennya juga cukup maksimal,” tukasnya.
Andi juga membenarkan, pupuk ini memang masih akan proses direplikasikan kepada petani. Karena itu, pihaknya membantu memperbanyak demplot penanaman di beberapa desa wisata.
“Karena, dalam pengembangan pupuk ini, juga menggandeng Asosiasi Desa Wisata Indonesia.
Kita mengambil lokus di desa wisata,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Ketua Bidang Kedaulatan Pangan, DPP MSP, Irsan Surya Imana mengatakan, penanaman jagung MSP dengan pupuk temuan petani lokal ini menunjukkan hasil 26,6 ton per hektar. Hitungan ini didapat dari satu tanaman jagung dengan satu tongkol.
Potensi tonase hasil panen ini, kata Irsan masih bisa naik lagi hingga 30 ton. Karena bibit jagung MSPnya ini sebenarnya satu tanaman bisa menghasilkan 1 sampai 2 tongkol.
“Kita akan memberi standart penanaman dan perawatan bagi petani,” terangnya.
Ia mengatakan, jagung lokal asli Indonesia tak kalah dengan jagung berkarakter hibrida produk pabrikan.
“Mungkin ini berjodoh ya, antara benih MSP yang kita punya dengan pupuk temuan Pak Haris. Biji jagungnya MSP ini juga bisa langsung ditanam sebagai bibit. Karena, karakter benihnya komposit,” pungkasnya. (Yus)