Perum Bulog Cabang Bondowoso Perpanjang Masa Serapan Gabah Petani

Kepala Bulog cabang Bondowoso didampingi Komisi II DPRD, Wakil ketua DPRD, Dandim 0822, Asisten I Pemkab Bondowoso dan Kepala Pertanian saat menggelar konferensi pers (foto dok: Yusi Ulas.co.id)
Bondowoso, Ulas.co.id – Jaga stabilitas pangan, Perum Bulog Cabang Bondowoso terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas pangan nasional dengan memperpanjang masa serapan gabah petani hingga bulan Mei 2025.
Keputusan ini diambil untuk memastikan target serapan 25.000 ton setara beras dapat tercapai, sejalan dengan Instruksi Presiden.
Kepala Bulog Bondowoso, Hesty Retno Kusumastuti menegaskan, bahwa perpanjangan masa serapan ini merupakan langkah proaktif untuk menyerap lebih banyak gabah petani dan menjaga pasokan beras nasional.
Hingga April 2025 saat ini, serapan telah mencapai sekitar 50 persen, dan Bulog terus mengupayakan percepatan melalui kerja sama dengan berbagai pihak.
” Banyak pihak yang kini terlibat dalam pengelolaan dan penyaluran beras, dan kami terus melakukan koordinasi dengan TNI serta Pemkab Bondowoso untuk mengoptimalkan serapan gabah di lapangan,” jelas Hesty. Rabu (30/4/2025) saat gelar konferensi pers bertempat di Kantor Bulog Cabang Bondowoso.
Hesty juga mengatakan, Bulog saat ini menghadapi tantangan teknis di lapangan, salah satunya adalah praktek curang sebagian kecil petani yang mencampurkan jerami dalam gabah.
Namun, Bulog tetap mengedepankan pendekatan persuasif dan edukatif kepada petani untuk menjaga mutu.
” Kami tekankan bahwa yang dibeli Bulog adalah gabah, bukan jerami. Kami sudah meminta petani membersihkan gabah sebelum dijual agar tidak terjadi pemotongan oleh mitra kami,” ujarnya.
Bulog juga memastikan bahwa seluruh mitra yang diajak bekerja sama telah mengikuti standar kualitas beras Bulog. Hal ini penting agar tidak terjadi komplain dari masyarakat dan beras yang disalurkan benar-benar layak di konsumsi.
Saat ini, Bulog Bondowoso telah bermitra dengan 13 makloon aktif dari sebelumnya hanya 11. Selain itu, terdapat 28 mitra besar yang memasok beras ke Bulog, yang seluruhnya berperan penting dalam mendukung rantai pasok pangan nasional.
Meski demikian, lanjut Hesty mengakui, bahwa keterbatasan kapasitas gudang bulog dan mitra menjadi tantangan tersendiri. Beberapa wilayah mengalami antrian dalam proses penyerapan karena harus dijadwalkan secara bergilir.
” Semua ini kami lakukan demi menjaga kualitas. Jika terjadi penumpukan, gabah bisa rusak, dan itu tentu tidak kita inginkan,” ungkapnya.
Menghadapi keterbatasan tersebut, bulog berupaya ada penambahan mitra untuk memperluas jangkauan dan mempercepat proses serapan gabah petani di wilayah Bondowoso dan sekitarnya.
Sementara Ketua Komisi II DPRD Bondowoso H. Tohari menyampaikan, bahwa pihaknya memahami kesulitan Bulog di lapangan. Ia menyebut, bahwa hingga kini baru 50 yang terserap, dari target 25.000 ton hingga April 2025.
” Petani memang sempat antusias dengan pernyataan Pak Presiden tentang harga gabah Rp6.500 per kg. Tapi kenyataannya, menjual ke Bulog tetap belum mudah, terutama karena keterbatasan fasilitas,” jelas Tohari.
Namun. Tohari tidak menyalahkan Bulog, ia justru mendorong Pemerintah Daerah agar aset-aset tidak terpakai seperti resi gudang yang ada di Sumber Wringin dan Besuk bisa dimanfaatkan melalui kerja sama antara BUMD dan Bulog, untuk memperkuat infrastruktur pengolahan gabah.
Menurutnya, jika Bulog memiliki selep sendiri, tempat pengeringan dan penggilingan.
“Maka, beras yang dihasilkan akan lebih berkualitas dan tidak lagi mendapat stigma negatif dari masyarakat,” katanya.
Selama ini, Bulog hanya menerima kiriman beras dari mitra-mitra penggilingan. Maka jika fasilitas sendiri tersedia, proses kontrol mutu bisa lebih ketat dan hasil lebih konsisten. (Yus)